Batuan (Rocks)
adalah bahan padat bentukan alam yang umumnya tersusun oleh
kumpulan atau kombinasi dari satu macam mineral atau lebih, sedangkan
Mineral (Minerals) itu sendiri tersusun dari berbagai
jenis unsur kimia. Ganesa/pembentukan sumber daya mineral
ditentukan oleh asosiasi batuannya. Dengan demikian untuk
menemukan emas dan berbagai mineral logam lainnya diperlukan
pengetahuan mengenai batuan (petrologi). Setiap jenis
batuan mengandung mineral-mineral tertentu, oleh karena untuk
mendapatkan mineral tertentu harus dicari pada batuan-batuan
tertentu pula. Sebagai contoh, mineral emas, perak, dan tembaga
akan berasosiasi dengan batuan beku intermediate (Andesit dan
Diorit).
Batuan (Rocks)
Secara petrologi, batuan yang terdapat di alam ini dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu batuan beku (igneous rocks), batuan
endapan (sedimentary rocks), dan batuan malihan (metamorphic rocks).
1. Batuan Beku (Igneous Rocks) Batuan yang
terbentuk dari proses pembekuan/pengkristalan lelehan materi bertemperatur
tinggi yang mengalir dari daerah bagian dalam bumi menuju permukaan, termasuk
hasil aktivitas gunung api. Produk utama adalah magma, materi lain yang
diakibatkan terhamburnya lelehan ke permukaan bumi disebut lava (kristal batuan
volcanic). Batuan ini biasanya berupa
batu gunung yang massif dan tebal lapisannya. Mineral utama pembentuk batuan
beku adalah kuarsa, feldspar, piroksin dan hornblende, mika, magnetit dan
olivin. Contoh batuan beku adalah : obsidian, perlit, Andesit, basalt, dll.
Menurut Hulburt (1977), batuan beku dibagi berdasarkan
komposisi yang menjadi standar dalam geologi menjadi empat golongan yaitu
:
-
Batuan Beku Asam
Termasuk golongan ini bila batuan beku tersebut mengandung silika (SiO2) lebih dari 66%.contoh batuan ini dalah Granit dan Ryolit. Batuan yang tergolong kelompok ini mempunyai warna terang (cerah) karena (SiO2) yang kaya akan menghasilkan batuan dengan kandungan kuarsa, dan alkali feldspar dengan atau tanpa muskovit. -
Batuan Beku Menengah (intermediat)
Apabila batauan tersebut mengandung 52 – 66% silika maka termasuk dalam kelas ini. Batuan ini akan berwarnagelap karena tingginya kandungan mineral feromagnesia. Contoh batuan ini adalah Diorit dan Andesit. -
Batuan Beku Basa
Yang termasuk kelompok batuan beku ini adalah bataun yang mengandung 45 – 52% silika. Batuan ini akan memiliki warna hitam kehijauan karena terdapat kandungan mineral olivine. Contoh batuan ini adalah Gabbro dan Basalt. -
Batuan Beku Ultra Basa
Golongan batuan beku ini adalah apabila bataun beku mengnadung 45% SiO2 . Warna batuan ini adalah hijau kelam karena tidak terdapat silika bebas sebagai kuarsa. Contoh batuan ini adalah Peridotit dan Dunit.
Klasifikasi batuan beku menurut Russell B Travis (1955),
dalam klasifikasi ini tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir
mineralnya dapat dibagi menjadi :
-
Batuan beku dalam = batuan plutonik, batuan yg membeku jauh di bawah permukaan bumi. Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral menyusun batuan tersebut dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan alat pembesar.
contoh: granit -
Batuan beku korok/gang = batuan intrusif / hipabisal, batuan yg membeku sebelum sampai ke permukaan bumi. Bertekstur porfiritik dengan masa dasar faneritik maupun afanitik.
contoh: granit porfiri -
Batuan beku luar/lelehan = batuan ekstrusif / efusif, batuan yg membeku di permukaan bumi. Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan atau dilihat dengan mata biasa.
contoh: batuan vulkanis
2. Batuan Sedimen / Endapan / Lapisan (Sedimentary
Rocks)Batuan yang terbentuk dari proses
pengendapan bahan lepas (fragmen) hasil
perombakan/pelapukan batuan lain yang terangkut dari
tempat asalnya oleh air, es atau angin, yang kemudian
mengalami proses diagenesa/pembatuan (pemadatan dan
perekatan). Batuan ini terbentuk karena pengaruh udara,
air, proses biologis, dan proses kimia seperti
hidrolisis, pengendapan, oksidasi, dan reduksi. Contoh batuan sedimen adalah :
batupasir( sandstone) terbentuk dari pasir (sand),
batukapur (limestone) terbentuk dari kapur (lime),batu
serpih (shale) terbentuk dari lumpur (mud).
kapur (batu
gamping), batu bara, batu karang, dll.
-
Batuan sedimen klastik / mekanis = batuan yg terendapkan dari hasil rombakan batuan asal, contoh: konglomerat, breksi, batu pasir, serpih, napal, batu lempung
-
Batuan sedimen organik = batuan yg berasal dari endapan bahan organis (binatang & tumbuhan), contoh: batugamping, batubara, batu gambut, diatomit
-
Batuan sedimen kimiawi = batuan endapan akibat proses kimiawi, contoh: evaporit, travertin, anhidrit, halit, batu gips
-
Batuan sedimen piroklastik = batuan endapan hasil erupsi gunung api berupa abu/debu, contoh: tufa
3. Batuan Metamorf / Malihan / Ubahan (Metamorphic
Rocks)
Batuan yang terbentuk dari proses perubahan batuan asal (batuan beku maupun sedimen), baik perubahan bentuk/struktur maupun susunan mineralnya akibat pengaruh tekanan dan/atau temperatur yang sangat tinggi, sehingga terjadi perubahan pada bentuk dan komposisi. Beberapa batuan metamofik ini mempunyai perbedaan pada struktur orientasi bidang dan garis yang disebabkan pengarahan tekanan selama proses metamorfis. Contoh batuan metamorf adalah : karena pengaruh suhu dan tekanan, batu gamping(limestone) berubah menjadi marmer (marble), batupasir (sandstone) berubah menjadikuarsa (quartzite), batu serpih (shale) berubah menjadi batu tulis (slate) dan mika.
Batuan yang terbentuk dari proses perubahan batuan asal (batuan beku maupun sedimen), baik perubahan bentuk/struktur maupun susunan mineralnya akibat pengaruh tekanan dan/atau temperatur yang sangat tinggi, sehingga terjadi perubahan pada bentuk dan komposisi. Beberapa batuan metamofik ini mempunyai perbedaan pada struktur orientasi bidang dan garis yang disebabkan pengarahan tekanan selama proses metamorfis. Contoh batuan metamorf adalah : karena pengaruh suhu dan tekanan, batu gamping(limestone) berubah menjadi marmer (marble), batupasir (sandstone) berubah menjadikuarsa (quartzite), batu serpih (shale) berubah menjadi batu tulis (slate) dan mika.
-
Batuan metamorf kontak / sentuh / termal = batuan malihan akibat bersinggungan dengan magma, contoh: marmer, kuarsit.
-
Batuan metamorf tekan / dinamo / kataklastik = batuan malihan akibat tekanan yang sangat tinggi, contoh: batu sabak (Slate), sekis (Schisst), filit (Phyllite)
-
Batuan metamorf regional / dinamo-terma = batuan malihan akibat pengaruh tekanan dan temperatur yang sangat tinggi, contoh: genes, amfibolit, grafit
Penyebaran berbagai batuan tersebut di alam tidak merata,
sehingga keterdapatan dan penyebaran sumber daya mineral juga
ditentukan oleh penyebaran batuannya. Keterdapatan sumber daya
mineral termasuk emas di alam sangat tergantung pada kondisi
geologinya. Mineral logam khusunya emas berkaitan erat dengan
proses magmatik, lingkungan pembentukannya yang di dalam batuan
volkanik (vocanic heasted rocks) sering ditemukan diberbagai cebakan.
Cebakan emas dalam batuan volkanik pada umumnya terdapat
dalam bentuk urat-urat tipis sebagai hasil penyusupan larutan air
panas (hydrothermal) yang mengandung mineral ke dalam celah-celah,
kemudian karena proses pendinginan, dicelah tersebut terjadi
pengendapan. Batuan volkanik yang menjadi rumah dari endapan itu
biasanya terdiri dari breksi kemudian berinteraksi dengan lava,
sehingga menghasilkan intrusi. Intrusi ini menyebabkan terbentuknya
retakan/celah-celah disekitar zona intrusi (Sudradjat, 1999).
Mineralogi Emas
Pengetahuan tentang mineralogi emas sangat
diperlukan dalam memahami
teknologi pengolahan emas. Mineralogi
dari batuan (bijih) emas perlu diketahui sebelum menentukan
teknologi pengolahan yang akan diterapkan. Sehingga resiko
kegagalan akibat salah memilih suatu teknologi pengolahan yang
tidak sesuai dengan kondisi mineralogi bijih emas yang sedang
dikerjakan dapat dihindari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan emas
dalam pengolahan emas adalah :
-
Mineral-mineral pembawa emas
-
Mineral-mineral induk
-
Asosiasi mineral pembawa emas dengan mineral induk
-
Ukuran butiran mineral emas
1. Mineral Pembawa Emas
Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals. Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium.
Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals. Mineral ikutan tersebut umumnya kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium.
Emas native merupakan mineral emas yang paling umum ditemukan
di alam. Sedangkan elektrum, keberadaannya di alam menempati urutan kedua.
Mineral-mineral pembawa emas lainnya jarang atau bahkan langka.
Emas native mengandung perak antara 8 - 10%, tetapi biasanya
kandungan tersebut lebih tinggi, dan kadang-kadang mengandung sedikit tembaga
atau besi. Oleh karenanya, warna emas native bervariasi dari kuning emas, kuning
muda, sampai keperak-perakan, bahkan berwarna merah oranye. Berat jenis emas
native bervariasi antara 19,3 (emas murni) sampai 15,6 tergantung pada kandungan
peraknya. Bila berat jenisnya 17,6 maka kandungan peraknya sebesar 6%, dan bila
berat jenisnya 16,9 kandungan peraknya sebesar 13,2%.
Sementara itu elektrum adalah jenis lain dari emas
native yang mengandung perak di atas 18%. Dengan kandungan perak yang lebih
tinggi, warna elektrum bervariasi antara kuning pucat sampai warna perak
kekuning-kuningan. Berat jenisnyapun bervariasi antara 15,5 - 12,5. Bila
kandungan emas dan perak berbanding 1 : 1 berarti kandungan peraknya 36%, dan
bila perbandingannya 2,5 : 1 berarti kandungan peraknya 18%.
2. Mineral Induk
Emas berasosiasi dengan kebanyakan mineral-mineral yang biasanya membentuk batuan. Emas biasanya berasosiasi dengan sulfida (mineral yang mengandung sulfur/belerang). Pyrite merupakan mineral induk yang paling umum. Emas ditemukan dalam pyrite sebagai emas nativ dan elektrum dalam berbagai bentuk dan ukuran, yang tergantung pada kadar emas dalam bijih dan karakteristik lainnya. Urutan selanjutnya Arsenopyrite, Chalcopyrite mineral sulfida lainnya berpotensi sebagai mineral induk terhadap emas. Bila mineral sulfida tidak terdapat dalam batuan, maka emas berasosiasi dengan oksida besi ( magnetit dan oksida besi sekunder), silica dan karbonat, material berkarbon serta pasir dan kerikil (endapan plaser).
Emas berasosiasi dengan kebanyakan mineral-mineral yang biasanya membentuk batuan. Emas biasanya berasosiasi dengan sulfida (mineral yang mengandung sulfur/belerang). Pyrite merupakan mineral induk yang paling umum. Emas ditemukan dalam pyrite sebagai emas nativ dan elektrum dalam berbagai bentuk dan ukuran, yang tergantung pada kadar emas dalam bijih dan karakteristik lainnya. Urutan selanjutnya Arsenopyrite, Chalcopyrite mineral sulfida lainnya berpotensi sebagai mineral induk terhadap emas. Bila mineral sulfida tidak terdapat dalam batuan, maka emas berasosiasi dengan oksida besi ( magnetit dan oksida besi sekunder), silica dan karbonat, material berkarbon serta pasir dan kerikil (endapan plaser).
Terkadang sulit mengidentifikasi emas dengan mineral yang
menyerupainya, seperti pyrite, chalcopyrite, pyrrhotite, pentlandite dan mika
berwarna emas. Pyrite berwarna kuning dengan bau khas logam dengan bentuk
kristal kubus. Chalcopyrite juga kuning-kuningan dengan dengan bau khas logam
tetapi bentuknya kristal bersegi empat. Sebuah uji kimia dengan menggunakan acid
nitric (HNO3) mungkin diperlukan untuk
membedakan pyrite dan chalcopyrite.
Pyrrhotite mudah diidentifikasi menggunakan batang magnet
karena bersifat magnetis. Arsenopyrite adalah perak putih ke-abu-abu baja dengan
kilau logam dan biasanya kristal berbentuk prisma. Arsenopyrite bila dipukul
dengan palu sering tercium aroma bawang putih. Emas berbentuk butiran sedangkan
bentuk mika adalah kepingan.
3. Asosiasi Mineral Pembawa
Emas
Ditinjau dari kajian metallurgi/pengolahan,
ada tiga variasi distribusi emas dalam bijih :
-
Emas didistribusikan dalam retakan-retakan atau di batas di antara butiran-butiran yang sama (misalnya : retakan dalam butiran mineral pyrite atau di batas antara dua butiran pyrite)
-
Emas didistribusikan sepanjang batas di antara butiran-butiran dua mineral yang berbeda (misalnya : di batas antara butiran pyrite dan arsenopyrite atau di batas antara butiran chalcopyrite dan butiran silica.)
-
Emas yang terselubung dalam mineral induk (misalnya : emas terbungkus ketat dalam mineral pyrite)
4. Ukuran Butiran
Ukuran butiran mineral-mineral pembawa emas (misalnya emas native atau elektrum) mulai dari berupa partikel-partikel berukuran fraksi (bagian) dari satu mikron (1 mikron = 0,001 mm), hingga butiran berukuran beberapa mm yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran butiran biasanya sebanding dengan kadar bijih, kadar emas yang rendah dalam batuan (bijih) menunjukkan ukuran butiran yang halus.
Berdasarkan ukuran butirannya, emas dibagi dalam enam kategori :
Ukuran butiran mineral-mineral pembawa emas (misalnya emas native atau elektrum) mulai dari berupa partikel-partikel berukuran fraksi (bagian) dari satu mikron (1 mikron = 0,001 mm), hingga butiran berukuran beberapa mm yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran butiran biasanya sebanding dengan kadar bijih, kadar emas yang rendah dalam batuan (bijih) menunjukkan ukuran butiran yang halus.
Berdasarkan ukuran butirannya, emas dibagi dalam enam kategori :
-
Emas native dengan butiran sebesar > 2mm ukuran yang dikenal sebagai nuggets.
-
Potongan emas dan gangue (kuarsa, ironstone dll) yang dikenal sebagai spesimen.
-
Emas native dengan butiran kasar sebesar 2 mm hingga sehalus 150 microns yang terlihat dengan mata telanjang.
-
Emas Microcrystalline ukuran 150-0,8 microns yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
-
Partikel emas submicroscopic yang terdapat di sisi kristal mineral sulfida tertentu, terutama pyrite, chalcopyrite, arsenopyrite dan pyrrhotite.
-
Dalam compounds dengan tellurium.
Mineralisasi Emas dan Logam Lainnya dalam Sistem Hydrothermal :
-
HIGH SULPHIDE EPITHERMAL
Sistem ini menghasilkan logam Au (emas), Hg (merkuri), Bi (bismut), As (arsen), dan Te (telurium). Mineral yang terbentuk pada umumnya adalah Cinabar (HgS) dan Cavalerite (AuTe). -
LOW SULPHIDE EPITHERMAL
Sistem ini menghasilkan logam Au (emas), dan Ag (perak). Mineral yang terbentuk pada umumnya adalah Electrum (Au,Ag) dan Argentite (Ag2S). -
Au BASE METAL
Sistem ini menghasilkan logam Au (emas), Zr (zirkon), W (tungsten), dan Mo (molibdonium). -
SKARN
Sistem ini menghasilkan logam Mn (mangan), Fe (besi), Cu (tembaga), Zn (seng), dan Pb (timbal). Mineral yang terbentuk pada umumnya adalah Pyrolusite (MnO2), Magnetit (Fe3O4), Galena (PbS), Chalcopyrite (CuFeS2), Cuprite (Cu2O). -
PORPHYRY
Sistem ini menghasilkan logam Cu (tembaga) dan Au (emas). Mineral yang terbentuk umumnya Azurite (Cu3(CO3)2(OH)2) dan Malachite (Cu2CO3(OH)2). -
SEDIMENT HOSTED (PLACER DEPOSIT)
Sistem ini menghasilkan Au dan Ag dalam bentuk logam murni.
sumber : www.mineraltambang.com
Mohon ijin admin , numpang iklan promosi yaa...
BalasHapusKami menjual aneka Kapur :
- Kapur Aktif / Cao / Kalsium Oksida.
- Kapur Padam / CaOH2 / Kalsium Hidroksida.
- Kapur Tepung / CaCo3 /Kalsium Karbonat / Kapur pertanian /Kaptan .
- Zeolite .
- Bentonite .
- Dolomite dll.
Untuk informasi lebih lanjut Silahkan hubungi :
Bpk Asep
081281774186
085793333234
Silahkan simpan nomor dan hubungi jika sewaktu waktu membutuhkan.